Sabtu, 25 Juni 2016

Dr. K.H. Abdul Ghofur, MA.

1 komentar:
 Dr. K.H. Abdul Ghofur, MA.
Gus Ghofur Sapaan akrab Dr. K.H. Abdul Ghofur, MA.  Putra kelima Syaikhina KH. Maimoen Zubair dari istri kedua, Ibu Nyai HJ Masthi'ah. Semasa kecilnya beliau terkenal bandel. Tidak seperti saudara-saudaranya yang lain, Gus Ghofur kecil terhitung sering bermain seperti layaknya anak-anak di kampung nelayan. Namun, status beliau sebagai putra Ulama dan adanya penanaman sifat-sifat kesalehan dari kedua orang tuanya, membuat beliau berbeda dari anak kampung sebayanya.
Pendidikan dasar hingga menengah dituntaskannya di Madrasah Ghazaliyah Syafi'iyyah, Sarang, Rembang. ketika belajar di Ghozaliyah, beliau sudah dikenal cerdas dan kritis.  banyak prestasi yang beliau capai. Mulai Bintang Kelas, Rais kelas, dan beberapa jabatan prestisius di lingkungan pesantren Sarang, hampir tidak pernah luput dari genggamannya. Seperti jabatan sebagai ketua Demu MGS (Osis-nya MGS) dua priode berturut-turut beliau emban. Hal ini, tentu menjadi sejarah baru di MGS. Sebab, dalam catatan sejarah belum ada santri menjabat sebagai ketua Demu selama dua periode.
beliau menyelesaikan pendidikan di MGS tahun 1992. kemudian tahun 1993 beliau melanjutkan studinya di Al-Azhar University, Kairo. Hal tersebut merupakan suatu yang baru dalam tradisi pendidikan putra-putri Mbah Moen. Belum ada sebelumnya purta-putri Mbah Moen yang melanjutkan studi di dunia perkuliahan.
 Progam S1 Fakultas Usuhuludin jurusan Tafsir di Al-Azhar beliau selesaikan selama empat tahun. semua hasil ujian beliau selalu mendapatkan nilai Jayiid Jiddan, sebuah prestai langka di kalangan mahasiswa Indonesia di Kairo. Hal tersebut beliau pertahankan dalam ketika menjalani Program S2 di jurusan yang sama, selama dua tahun beliau selalu mendapat hasil akhir Jayyid Jiddan.
Keberhasilan itu tidak lepas dari ketekunan dan kesabaran beliau yang semakin meningkat  selama belajar di Kairo. Ketika di MGS Sarang, beliau memang sudah rajin dan rajinnya beliau ini hanya di ketahui oleh sahabat-sahabat akrabnya saja. Akan Tetapi, sejak di Kairo hal tersebut semakin meningkat beliau bisa dan biasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk memelototi kitab. ketika ketekunan dan kesabaran itu dipadu dengan karunia Allah, kecerdasan, maka prestai akademik adalah sesuatu yang niscaya terjadi.
Tentang hal ini ada kawan yang bercerita, "Sing ngajari bahasa Inggris Gus Ghofur, ki, aku. Eh, pas ujian aku mung Jayyid Jiddan, Gus Ghofur malah mumtaz". Siapa yang tidak tahu kalau ketika pertama kali datang ke Kairo Gus Ghofur Awam bahasa Inggris. Namun ketekunan dan kesabarannya telah berhasil menjinakkan ujian bahasa Inggris di Al-Azhar.
Setelah melalui perjuangan yang melelahkan, pada 2002 gelar Master berhasil diraihnya. Dikatakan melelahkanm karena untuk mencapi gelar itu Gus Ghofur harus menulis tesis setebal 700 halaman dan harus mencantumkan banyak maraji'. Padahal tradisi menulis baru ia tekuni sejak tahun keempatnya di Kairo. Orang yang mengenal Ghofur kecil dan tidak mengikuti perkembangannya di Kairo pasti terheran-heran ketika googling "Abdul Ghofur Maimoen" di internet. Sebab hasil googling itu akan menampilkan berbagai tulisan beliau yang pernah dimuat di dunia maya. Ya, dari Abdul Ghofur yang gagap tulis menjadi Abdul Ghofur yang produktif menulis.
Gus Ghofur mengakhiri masa lajangnya pada tahun 2003. Gadis yang beruntung dipersuntingnya adalah Nadia, putri KH Jirijis bin Ali Ma'shum Karpyak Yogyakarta. Dari perkawinannya beliau telah dikaruniai seorang putra bernama Nabil, Afaf, dan Aida.
  Gelar Doktor Tafsir dari Univ Al-Azhar
Desertasi setebal 1700 halaman dan terbagi menjadi 2 jilid ini disidangkan pada hari Sabtu (12/6) di Auditorium Abdul Halim Mahmud, Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar. Salah satu kader terbaik Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir, Abdul Ghofur Maemun, kembali telah mengharumkan nama baik Indonesia dan menambah deretan peraih gelar Doktor di bidang ilmu tafsir. Ia lulus setelah dapat mempertahankan dari desertasinya yang berjudul Hasyiah Al-Syekh Zakaria Al-Anshary Ala Tafsir Al-Baidhawy, Min Awwal Surah Yusuf Ila Akhir Surah l-Sajdah dengan hasil yang mumtaz ma'a martabati syarafil ula (summa cumlaude) dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Yang menarik adalah prakata dan kutipan akhir sebelum pengukuhan gelar dari para guru besar dan tim penguji terhadap desertasi putra kiai kharismatik asal Sarang, Jawa Tengah, KH Maemun Zubair ini adalah "Syarah dan komentar yang ditulis Syeikh Abdul Ghofur ini lebih baik dari yang di tulis Syeikhul Islam, Syekh Zakaria al-Anshori". Sementara Rais Syuriyah PCNU Mesir Dr Fadlolan Musyaffa berkomentar "Ini sungguh luar biasa. Andai ada nilai di atas summa cumlaude, mungkin akan dianugerahkan pada sidang disertasi Gus Ghofur. Sayang, hasil itu sudah mentok paling atas," terangnya seusai acara. Desertasi setebal 1700 halaman dan terbagi menjadi 2 jilid ini disidangkan pada hari Sabtu (12/6) di Auditorium Abdul Halim Mahmud, Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar. Sebagai tim pengujinya adalah Prof Dr Muhammad Hasan Sabatan, guru besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fakultas Ushuluddin Kairo (penguji dari dalam), Prof Dr Ali Hasan Muhammad Sulaiman, guru besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fakultas Dirasat Islamiyyah Banin Kairo (Penguji dari Luar) dan dua pembimbing Prof Dr Sayid Mursi Ibrahim Al-Bayumi, Guru Besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fak.Ushuluddin Kairo dan Prof Dr Abdurrahman Muhammad Aly Uways, guru besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fak. Ushuluddin Kairo. Selain itu juga, sidang yang dimulai pukul 14.00 waktu setempat dihadiri sekitar seratusan lebih mahasiswa/i dan simpatisan baik warga Indonesia maupun Mesir


1 komentar:

  1. minta Curriculum Vitae ada??? seperti Nama, TTL, Riwayat Pendidikan S1,S2,S3 (lulus tahun)

    BalasHapus